Cari Blog Ini

Selasa, 27 September 2011

Retorika


Pengertian, Tokoh, dan Tujuan Retorika

Salah satu hal yang dapat meningkatkan eksistensi diri ialah dengan berbicara akan tetapi bukan hanya sekedar berbicara, melainkan berbicara yang menarik (atraktif), bernilai informasi (informatif), menghibur (rekreatif), dan berpengaruh (persuasif). Dengan kata lain, manusia mesti berbicara berdasarkan seni berbicara yang dikenal dengan istilah retorika.

*    Pengertian
Retorika adalah seni berkomunikasi secara lisan yang dilakukan oleh seseorang kepada sejumlah orang secara langsung atau bertatap muka. Oleh karena itu, istilah retorika seringkali disamakan dengan istilah pidato.

Retorika (dari bahasa Yunani ήτωρ, rhêtôr, orator, teacher) adalah sebuah teknik pembujuk-rayuan secara persuasi untuk menghasilkan bujukan melalui karakter pembicara, emosional atau argumen. Plato secara umum memberikan defenisi terhadap retorika  sebagai suatu seni manipulatif yang bersifat transaksional dengan menggunakan lambang untuk mengidentifikasi pembicara dengan pendengar melalui pidato, dan yang dipersuasi saling bekerja sama dalam merumuskan nilai, kepercayaan dan pengharapan mereka. Bagi Aristoteles retorika adalah seni persuasi, suatu uraian yang harus singkat, jelas, dan meyakinkan, dengan keindahan bahasa yang disusun untuk hal-hal yang bersifat memperbaiki (corrective), memerintah (instructive), mendorong (suggestive), dan mempertahankan (defensive). 
Menurut Encyclopedia Britanica retorika yaitu kesenian mempergunakan bahasa untuk menghasilkan kesan yang diinginkan terhadap pendengar atau pembaca. Di zaman Yunani, Retorika dipakai oleh ahli-ahli negara, sehingga zaman teresebut dinamakan abad ahli Retorika. Di zaman Romawi, Retorika dipergunakan untuk kepentingan berpolitisi. Sedangkan di Yunani retorika dipelopori oleh Georgias (480-370 SM) Retorika yang diajarkan Georgias adalah bagaimana mengembangkan kemampuan seni berpidato demi tercapainya tujuan pencapaian kekuasaan dalam pemerintahan.

*    Tokoh Retorika

Georgias (480-370) yang dianggap sebabai guru retorika yang pertama dalam sejarah manusia yang mengatakan bahwa kebenaran suatu pendapat hanya dapat dibuktikan jika tercapai kemenangan dalam pembicaraan.

Pendapat Georgias ini berlawanan dengan pendapat Protagoras (500-432) dan Socrates (469-399) Protagoras mengatakan bahwa kemahiran berbicara bukan demi kemenangan, melainkan demi keindahan bahasa. Sedangkan  bagi Socrates, retorika adalah demi kebenarana dengan dialog sebagai tekniknya  karena dengan dialog sebagai tekniknya kebenaran akan timbul dengan sendirinya. Seseorang yang sangat dipengaruhi oleh Socrates dan  Georgias adalah Isocrates yang pada tahun 392 SM mendirikan sekolah retorika dengan menitik beratkan kepada pidato-pidato politik.

Tokoh lain retorika zaman Yunani adalah Aristoteles yang sampai sekarang banyak dikutip pendapatnya. Berlainan dengan tokoh-tokoh  lainnya yang mengatakan retorika sebagai seni, Aristoteles memasukknnya sebagai bagian dari filsafat. Selanjutnya Aristoteles berkata bahwa keindahan bahasa hanya dipergunakan untuk empat hal saja, yaitu bersifat :
  1. Membenarkan (Corrective)
  2. Memerintah (Instructive)
  3. Mendorong (Sugestive)
  4. mempertahankan  (Defensive)
Pada abad pertengahan, Retorika dipergunakan untuk menyebarluaskan agama Kristen. Pada tahun 1633 M, oleh Pope Urban VIII dibentuklah satu badan yang berlandaskan Retorika untuk menyebarkan agama katolik Roma keseluruh dunia. Sesudah perang pertama, retorika digunakan untuk menggerakan kekuasaan diktator dan fasis. Muncullah Hitler di Jerman, dan Benito Musolini di Italia. Pada zaman yang bersamaan timbul pula Sir Winston Crurcil di Inggis, Franklin D. Rossevelt di Amerika, dan Hideki Tojo di Jepang, mempergunakan retorika untuk mempengaruhi bangsanya masing-masing. Di Indonesia pun muncul seorang ahli retorika ulung yaitu Ir. Soekarno yang telah dapat menggemleng bangsa Indonesia.
Tokoh retorika dalam Islam. Dalam islam retorika dinamakan Fannul Khitobah. Rasul-rasul adalah pembawa risalah dengan mempergunakan retorika untuk menyebarluaskan akidah dan keimanan kepada umat-umatnya. Rasul yang paling terkenal dalam mempergunakan retorika ini adalah Nabi Besar Muhammad SAW, karena hanya dalam masa 23 tahun saja dapat mengubah Jazirah Arab menjadi Negara aman makmur damai sentosa, tejalin dengan ukhwah Islamiyah yang kukuh.
Sepeninggalan Rasulullah, penyiaran agama dengan retorika dilanjutkan oleh para sahabat dan tabi’in. Khalifah yang empat juga termasuk ahli retorika yang ulung.

Di kalangan wanita Islam muncul pula ahli retorika yaitu,
1.      ‘Aisyah istri Nabi Muhammad (Ummul Mukminin) putrid Abu Bakar.
2.      Zaroq putri Adi, bahkan ikut berperang bersama Ali.
3.      Asma putri Yazid Anshari, ahli pidato dan penyair.
4.      Lala Khatun di negri Kirman, ia telah menyusun 5000 bait sya’ir.
5.      Fatimah putri Nabi Muhammad, istri Ali bin Abi Thalib.
6.      Zainab, saudara Hasan Husein, putri dari Fatimah dan Ali. Dll

*    Tujuan Retorika

Tujuan retorika adalah persuasi, yang dimaksudkan dalam persuasi dalam hubungan ini adalah yakinnya pendengar akan kebenaran gagasan hal yang dibicarakan pembicara. Artinya bahwa tujuan retorika adalah membina saling pengertian yang mengembangkan kerjasama dalam menumbuhkan kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat lewat kegiatan bertutur, atau juga bertujuan memberi suatu pemahaman atau informasi pada orang lain.
§  Beberapa dimensi ideologi retorika

1.      Dimensi filosofis kemanusiaan, dari dimensi ini, kita mengedepankan pemahaman dari sudut identitas (ciri pembeda) antara eksistensi. Identitas pembedanya:
  •  antara makhluk manusia dengan selain manusiaa
  • antara manusia yang berbudaya
  • antara yang mempunyai pengetahuan, keterampilan, pandangan hidup
2.      Dimensi teknis, berbicara adalah sebuah teknik penggunaan symbol dalam proses interaksi  informasi.
3.      Dimensi proses penampakan diri atau aktualisasi diri. Berbicara itu adalah salah satu    keperluan yang tidak bisa ditinggalkan
4.      Dimensi teologis, menyampaikan ajaran agama sesuatu yang wajib (dakwah)

Bicara juga ada seninya. Pernahkah anda mengamati seorang penjual obat di pasar, ketika sedang menawarkan dagangannya? Atau, pernahkah anda ikut demonstrasi di kampus anda? Kalau pernah coba amati gaya bicara sang korlap!

Retorika bukan cuma menekankan pada output verbal seseorang ketika berbicara, namun juga output non verbalnya. Percaya atau tidak, gerakan bola mata kita atau arah pandangan mata kita, bahkan benda apa yang kita pegang saat berbicara, berpengaruh pada dipercaya tidaknya ucapan kita oleh orang lain. Seni berbicara memang erat kaitannya dengan seni mempengaruhi orang lain. Salah satu kuncinya adalah kenali audiens anda. Dengan mengenali siapa yang anda ajak bicara, anda bisa memprediksi apa dan bagaimana anda harus bicara, agar ucapan anda bisa dipercaya.



Dafta Pustaka

·         Alam, Datuk Tombak. 1990. Kunci Sukses Penerangan Dan Dakwah. Jakarta : Rineka Cipta.
·   Rakhmat, Jalaludin. 2008. Retorika Modern Pendekatan Praktis. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.


Boroadcasting (Jurnalistik Siaran Radio dan Televisi)

Jurnalisik Siaran Radio dan  Televisi

Jurnalistik adalah teknik mengelola berita mulai dari mendapatkan bahan sampai menyebarluaskan berita kepada masyarakat (Onong Uchjana Effendy).

Radio dan  Televisi termasuk dalam kategori media elektronik. Media elektronik merupakan salah satu jenis media yang memiliki kekhususan. Kekhususanya terletak pada dukungan elektronika dan teknologi yang menjadi ciri dan kekuatan dari media berbasis elektronik.
Dukungan elektronik ini pula yang membedakanya dengan media cetak. Salah satu kelebihan media elektronik adalah sifatnya yang real time, disiarkan langsung saat kejadian berlangsung. Hal ini menyebabkan media elektronik lebih digandrungi oleh public. Media elektronik lebih instan dibandingkan media cetak.

Namun terkadang sifat elektronik yang  real time pun terkadang menjadi kendala bagi pendengar/pemirsa. Pendengar atau pemirsa yang pada saat berita disisarkan tidak dalam mendengar radio atau menonton televisi maka memberi konsekuensi kepada stasiun radio atau televisi untuk melakukan pengulangan informasi atau siaran. 

Jurnalistik Radio

Radio yaitu media komunikasi bersifat auditif  (dengar). Karena itu, menyampaikan informasi melalui radio relatif lebih sulit dibandingkan dengan televisi. Seorang penyiar harus mampu membahasakan gambar dan visual melalui ucapan verbal.  Ketika penyiar menyajikan informasi, ia harus bisa menggambarkan peristiwa tersebut secara jelas, sehingga bisa ditangkap oleh imajinasi pendengar. Inilah yang membuat radio disebut sebagai theatre of mind. Penyiar adalah ujung tombak dalam penyajian program ‘on-air’ yang sesuai dengan format radio yang telah ditetapkan oleh stasiun radio yang bersangkutan.

Penulisan teks berita radio (untuk dibaca oleh seorang penyiar/news reader) harus menggunakan bahasa yang mudah dibaca oleh news reader dan mudah pula didengar oleh audiens. Untuk mencapai tujuan tersebut, jurnalis radio menggunakan teori ELF (Easy Listening Formula), yaitu penulisan yang jika diucapkan, mudah didengar dan mudah dimengerti pada pendengaran. Karena dalam radio tidak ada pengulangan. Tidak seperti media cetak yang bisa dibaca beberapa kali oleh penerima informasi. 

Walaupun radio identik dengan hiburan, namun tidak berarti semua siaran radio menyuguhkan hal itu. Seiring berkembangnya dunia jurnalistik, banyak radio khusus berita yang tumbuh dan berkembang, bahkan dengan sangat pesat. Sebagai contoh, kita mengenal radio Elshinta dan Trijaya Network. Kedua radio ini menyuguhkan beragam informasi dan berita. Tidak menjadikan musik atau hiburan sebagai produk utama.

Di kancah internasional kita mengenal radio VOA (Voice of America). Radio ini merupakan radio khusus berita yang sudah mendunia. Berita disajikan dalam berbagai bahasa. Tentu saja berita itu datang dari berbagai penjuru dunia.

Pada awalnya, tumbuh keraguan terhadap media-media elektronik yang secara khusus menyajikan produk jurnalistik. Karena media elektronik identik dengan hiburan. Kehadiran media elektronik yang malulu menyuguhkan berita, hanya akan membuat masyarakat jenuh untuk menyaksikan dan mendengarkannya. Namun itu semua tidak terbukti, justru kehadiran radio dan televisi khusus berita menghilangkan dahaga masyarakat, dan memenuhi kebutuhan mereka terhadap informasi. Mengingat kurangnya porsi pemberitaan yang ada pada media hiburan.

Kriteria seorang penyiar radio :
ü  Mempunyai kualitas vokal yang memadai.
ü  Mampu melaksanakan ‘adlibbing’ dan ‘script reading’ dengan baik.
ü  Memahami format radionya dan format clock.
ü  Memahami secara mendalam segmen radio.
ü  Memperlihatkan simpati dan empati terhadap pendengarnya.
ü  Mampu menghasilkan gagasan-gagasan segar dan kreatif dalam siarannya.
ü  Mampu bekerjasama dalam team.
ü  Be Your Self.

Jurnalistik Televisi

Televisi, yaitu media komunikasi yang bersifat audio-visual (dengar-lihat) dengan penyajian berita yang berorientasi pada repoduksi dari kenyataan. Kekuatan utama dari media televisi adalah suara dan gambar, televisi lebih menarik daripada radio. Dampak pemberitaan melalui televisi bersifat power full. Karena melibatkan aspek suara dan gambar sehingga lebih memberi pengaruh yang kuat kepada pemirsa.  Media televisi memiliki fungsi yang lebih dominan pada hiburan dibandingkan fungsi memberi informasi dan mendidik. Kelebihan televisi adalah sifatnya audio-visual yang dapat didengar dan dilihat secara langsung oleh pemirsa, dan juga  mendapat sajian informasi/ berita yang lebih realistic, yang sesuai dengan keadaan sebenarnya. Media televise sangat dipengaruhi beberapa factor, seperti pemirsa, alokasi waktu, durasi penayangan, dan cara penyajian berita. 

Berdasarkan pengamatan para ahli pertelevisian, informasi dari televisi diingat lebih lama dibanding dengan yang diperoleh melalui membaca (media cetak). Sekalipun informasi yang disuguhkan persis sama. Hal itu karena terdapatnya visualisasi berbentuk gambar bergerak dalam televisi. Visualisasi tersebut berfungsi sebagai penambah dan pendukung narasi yang dibaca reporter atau newsreader. Jadi, dalam menerima informasi, khalayak tidak hanya menggunakan satu indera, melainkan dua indera sekaligus. Yaitu mata dan telinga.

Berita yang di tayangkan di televise di sampaikan oleh announcer/penyiar. Penyiar yang tampil di layar TV, adalah petugas yang mewakili sebuah stasiun Televisi, sehingga penyiar adalah ujung tombak stasiun TV. Berbeda dengan penyiar di radio, penyiar di televisi cenderung memiliki daya tarik  dengan kata lain berpeampilan menarik, karena seorang pentiar TV perlu memiliki bentuk fisik yang sempurna. Karena fisik yang cacat bias menimbulkan ejekan cemoohan, sehingga mengganggujalanya komunikasi fisik yang gagah dan cantik akan menawan penonton, apalagi jika dikuasai kemampuan menguasai masalah yang dibawakanya.

Penyiar berita televisi memiliki beberapa syarat yang harus dipegang:
-       Suara dan kemampuan berbicara, alangkah baiknya seorang penyiar berita memiliki microphonic voice, suara rendah atau bariton untuk pria dan alto untuk wanita, adalah suara ideal seorang penyiar berita, namun saat ini hal itu tidak menjadi mutlak. Mungkin dulu waktu jayanya DUNIA DALAM BERITA, TVRI, di tahun 80-an, semua penyiar memiliki karakter suara berat dan pembawaan suara yang sangat khas tiap personalnya. Tapi yang paling penting adalah bagaimana seorang penyiar mengeksploitasi suaranya, tekanan yang tepat, kata dengan lafal tepat dan intonasi juga ok.
-       Penampilan dan perilaku yang tidak mengecewakan, secara fisik, penampilan seorang penyiar sangat diperhatikan oleh lensa kamera yang sangat sensitive.
-       Berkepibadian, diharpkan penyiar bisa menempatkan dirinya di lingkungan sehari-hari, jangan membuat hal-hal negatif yang membuat citra diri buruk.
-   Berpengetahuan dan pendidikan yang memadai, saat ini menjadi penyiar memiliki syarat mutlak, yaitu pendidikan yang cukup atau bahkan lebih, cukup atau lebih disini sangat dibutuhkan, karena penyiar kadang berhubugan dengan pejabat, menteri, atau bahkan akademisi. Sehingga dengan adanya ilmu pengetahuan yang kita kuasai, membuat kita bisa menyeimbangkan pembicaraan kita.
-       Memiliki motivasi, motivasi kunci menjadi penyiar.
-       Mampu bekerja dalam satu tim.
-       Kesehatan yang baik, kerja menjadi penyiar cukup melelahkan, oleh karena itu harus enjoy this job.
-       Percaya pada diri sendiri, jadilah diri sendiri.

Perbedaan dan Persamaan Jurnalistik Radio dan Televisi
Radio
Televisi
·         Setiap saat
·         Realitas psikologis
dan sosiologis
·         No photo.
·         Teknologi agak mahal
·         Tidak bisa diulang
·         Jangkuan terbatas
·         Setiap saat
·         Realitas sosiologis dan psikologis
·         Obyektif, sekilas tapi jelas, movies, tidak diralat
·         Teknologi amat mahal
·         Tidak bisa diulang
·         Jangkauan lebih luas